Mukrom Nizami saat Mahameru juara 1 hanging di Garut.

BANDUNG, agrobisburung.com – Bisa mendapatkan anakan burung perkutut yang eksis di lomba menjadi harapan semua peternak. Apalagi bagi pemain pemula seperti Mukrom Nizami BF Bandung, yang baru main di dunia hobi perkutut belum lama. Ya, mulai mengakrabi zona kungmania tiga tahun terakhir, di tahun kedua Mukrom sudah langsung bisa merasakan kebangggan menempati podium juara. Bukan karena kebetulan, tapi memang hasil perjuangan keuletan. 

Mukrom Nizami saat Miyabi juara 3 hanging di Purwakarta.

Berbekal pengetahuan breeding seadanya serta materi indukan yang mayoritas midle level (kelas kedua), namun hasil racikannya mampu membuahkan generasi burung juara. Ia tak menganut fanatisme terhadap peternak tertentu. Namun ia memahami pasangan indukan yang satu sama lain bisa melengkapi untuk disilangkan. Hasil racikannya pun mulai memperlihatkan hasil positif. 

Mukrom Nizami saat Mahameru juara 1 hanging di Garut.

Dari total 12 kandang yang dibangunnya, sebagian sudah melahirkan anakan yang potensial dan bisa bersaing di arena konkurs. Dua kandang diantaranya sudah menelorkan anakan yang eksis dijalur juara. Generasi pertama adalah kandang Semeru (NZM x NZM), yang bermaterikan trah jawara dari Arnots, Ang dan Wat. Dari kandang ini lahir lah Kopi Tutung, Haruman dan Mahameru, yang selama musim lomba 2019 eksis di jalur juara. Kemudian kandang Wijaya (NZM x NZM) yang bermaterikan trah TL dan PVJ-Luna Maya. Kandang Wijaya melahirkan salah seekor anakan juara, yakni Miyabi, yang mulai eksis pada musim lomba ditengah pandemi.  “Mahameru juara 1 hanging di Garut New Normal (19/7), sedangkan Miyabi juara 3 hanging di Purwasuka (6/9),” ungkapnya. 

Hasil panennya di kebun sendiri ini setidaknya sudah berhasil mengibarkan bendera NZM BF di pentas perkutut nasional. Pada beberapa kesempatan andalan-andalan NZM juga kerap menyumbangkan poin untuk ANG Team Cianjur yang sering dibelanya diberbagai gelaran di blok Barat. Sambil  terus belajar kepada oara senior, Mukrom akan berupaya mempertahankan eksistensinya di arena konkurs dan mengembangkan materi kandang untuk meningkatkan hasil produksinya.  “Masih harus terus belajar agar bisa tetap eksis di lapang dan kualitas produksi di kandang meningkat,” tandasnya. AB-AMA

Tinggalkan Komentar