Iswanto BSD Penghobi Rumahan & Penikmat Indahnya Suara Burung Perkutut, Sudah Koleksi 9 Pasang Anakan Terkini WAT BF Tasikmalaya

Produk WAT BF Tasikmalaya ternyata tidak hanya diminati Kungmania Tanah Air, baik pelomba maupun peternak. Bagi penghobi rumahan seperti Iswanto pun, nama besar WAT BF sebagai peternak legendaris juga diakui eksistensinya. Ya, selama ini WAT BF dikenal oleh semua lapisan Kungmania sebagai peternak yang mayoritas konsumennya adalah peternak dan atau sekaligus pelomba. Tapi, Dimata penghobi rumahan, WAT BF juga punya tempat tersendiri.

Tinggalkan Komentar

Iswanto (kiri) & Hendry WAT.

BSD, agrobisburung.com – Produk WAT BF Tasikmalaya ternyata tidak hanya diminati Kungmania Tanah Air, baik pelomba maupun peternak. Bagi penghobi rumahan seperti Iswanto pun, nama besar WAT BF sebagai peternak legendaris juga diakui eksistensinya. Ya, selama ini WAT BF dikenal oleh semua lapisan Kungmania sebagai peternak yang mayoritas konsumennya adalah peternak dan atau sekaligus pelomba. Tapi, Dimata penghobi rumahan, WAT BF juga punya tempat tersendiri.

Iswanto (kiri) & Hendry WAT.

Terbukti, Iswanto hingga saat ini sudah mengoleksi 9 pasang anakan terbaru WAT BF. Empat pasang diantaranya sudah dibeli sebelumnya, dan 5 pasang lagi baru saja dibelinya dari WAT BF. Diakuinya, ia membeli atas dasar kepercayaan. Reputasi dan nama besar WAT BF selama ini lebih dari cukup untuk meyakinkannya. “Saya percaya saja, WAT punya burung-burung bagus. Saya tidak bisa pilih burung, dan saya privat tidak ternak,” ungkap Iswanto.

Ketika ditanya, kenapa WAT dan dapat informasi dari mana tentang WAT? Iswanto menjawab, jika sepengetahuannya WAT adalah peternak besar yang namanya sudah terkenal sejak dulu. Selain itu, informasi dari para penggemar burung perkutut Tanah Air di media sosial, bahwa kualitas produksi WAT juga merata. “Ya, saya sering ikut live bird farm di media sosial. Banyak yang bilang indukan WAT bagus-bagus,” ungkap Iswanto.

Kelima pasang anakan yang baru dibelinya berasal dari formasi kandang terbarunya. Yakni, WAT Dua Mutiara (Mutiara Arktik x Mutiara C.7), WAT Sang Kuning (Mutiara B.7 x TL N.03T), WAT Saporo (Cristal D.8 x TL N.111), WAT Duta Nada (ET K.3B x WAT Kumlot) dan WAT Estonia (Mantap EEE x WAT JFK).

Untuk memborong anakan WAT dengan materi indukan yang punya kelas tersendiri tentunya membutuhkan dana yang lumayan. Namun, bagi Iswanto hal tersebut bukan menjadi masalah. Karena hobi memang tak bisa diukur fari materi. Terlebih lagi, ia menyukai burung ini sudah lama, sejak masih sekolah dulu.“Saya suka kutut dari SMA tahun 1974. Perkutut tidak rewel dan biaya pemeliharaannya murah. Karena sibuk kerja stop pelihara dulu. Sekarang setelah pensiun ingin menikmati keindahan suara burung perkutut lagi. Soal harga relatif, dan saya tidak untuk jual beli,” jelasnya.

Iswanto menegaskan, 9 pasang anakan yang dibelinya dari WAT hanya untuk didengar bukan diternak. Jadi perawatan intensive juga diperlukan untuk menjaga kondisi dan kualitas suara burung koleksinya. Seperti halnya para penghobi pada umumnya, ia juga menyiapkan kandang umbaran untuk menampung burung-burung koleksinya. Selain itu juga ia siapkan beberapa sangkar, gantungan dan tiang kerekan untuk mendengarkan keindahan suara burung perkutut. “Sudah siapkan semuanya,” pungkasnya.

 

 

 

Tinggalkan Komentar