Hendry Kusuma bersama adik-adiknya: M. Haitami (kiri) & Hanaz (tengh).

LOMBOK, agrobisburung.com – Hendry Kusuma sudah aktif main burung perkutut sejak tahun 90-an mengikuti sang ayah, Edy Rianto, mengusung bendera Hollywood BF Lombok. Setelah sempat vakum dan beralih ke hobi lain, kini Hendry kembali untuk meramaikan dunia perkutut Tanah Air yang belakangan semakin semarak. Jika dulu ngeblok ke Timur, saat kembali ke hobi lamanya ini, kini Hendry mencoba berkiblat ke Barat dalam berburu materi indukan. Selama lima tahun terakhir ini ia sengaja berburu materi-materi jempolan dari para peternak pilihan di blok Barat. Dari total 33 kandang yang disiapkan, sebgian besar sudah terisi oleh pasangan indukan terbaik. Diantaranya, 20 kandang unggulan yang sudah produksi semuanya. “Masih menunggu 12 kandang baru beres. Mau masuk materi baru lagi,” ujar Hendry

Hendry Kusuma bersama adik-adiknya: M. Haitami (kiri) & Hanaz (tengh).

Hendry menuturkan, dirinya menyadari jika beternak perkutut mesti melewati proses, tidak bisa instant. Oleh karenanya perlu persiapan yang matang. Beruntungnya, pengalaman sebelumnya bisa menjadi pondasi bagi dirinya saat kembali ke dunia perkutut. Dalam berburu materi indukan pun Hendry lakoni dengan pemahaman yang mencukupi, disamping kejelian dalam membidik sasaran. “Oleh karenanya 4-5 tahun saya jalani untuk berburu materi indukan,” tuturnya.

Hendry bersama H. Rudy Akasa Perkutut saat berkunjung ke markas Hollywood BF Lombok.

Lebih lanjut Hendry menjelaskan, dalam melakoni breeding, ia lebih  mengedepankan ciri khas atau keeksotikan burung. Karena menurutnya, semua farm sudah bisa mencetak burung bagus. Ia terinspirasi dari acara ajang pencarian bakat penyanyi di televisi, yakni “The Voice Indonesia”. “Saya mau cetak burung yang bukan sekedar bisa nyanyi. Burung sekedar bagus sekarang sampai peternak kecil juga sudah merata. Saya mencari burung yg TIDAK UMUM tapi tidak lepas dari pakem,” jelasnya.

Hendry saat bersama sang ayah (kanan).

Ia kemudian mencontohkan alasannya menjebol salah satu kandang favorit Palem BF Tasikmalaya, yakni SK.50 (Palem C.05 X ACC D6), karena dinilainya ada kelebihan tersendiri. “Contoh Palem SK.50, mutu suara yang bagus, pakem tidak menuliskan tentang volume (gede), tapi TEBAL (bobot suara yang padat dan berisi. Tidak kelebihan (noklak) atau kekurangan (gembos). Depan diatas rata-rata. Tidak orientasi besar, musti ada keseimbangan antara irama dan mutu suara. Selain itu juga bersih, artinya tidak terdengar basah (sember). Kalau dia audio, sound quality-nya bagus,” bebernya.

Hendry saat di lomba bersama kungmania Indonesia.

Hendry menambahkan, sekarang umumnya kungmania mencetak burung besar, tapi irama ditinggalkan. Hal ini dinilainya cukup miris. Karena Indonesia terkenal dengan iramanya. Kering atau daya tembus yang baik. “Makanya saya pribadi punya cita-cita buat burung yang seimbang,  irama dan mutu suara. Tidak apa-apa tidak besar, tapi tehnik (langgam) musti bagus (ekstrim). Ibarat penyanyi, memainkan tehnik suara cengkak-cengkok. Irama dan mutu suara tak terpisahkan,” tambahnya.

Materi indukan Palem SK 50 yang dijebol belum lama ini.

Sebelum menjebol Palem SK.50, terlebih dahuliu Hendry mengambil 3 anakannya. Palem SK 50 diproyeksikan akan menjadi basic Hollywood BF. Salah satu alasan kenapa ia menjebol indukannya adalah irama dan kejernihan suaranya istimewa. “Begitu depan dipakai ketingkat maksimal, tengah bisa nata dan jelas banget ketukan dan intonasi. Lalu keluar ujungnya. Jadi bisa menggali rasa haus makin dalam,” katanya. Tak mengherankan jika ekspektasi Hendry terhadap trah Palem SK.50 ini cukup besar. “Harapan saya lebih bobot dikit, tengah lebih banyak. Ingin coba dibuat tebel cowongan lagi. Ini sekarang dipasangkan dengan Padma K.8 (TL N.444 X Radja C1/MLT 666A terbaik), di kandang 14. Tom & Jerry. Syukur-syukur keluar suara tebel” harapnya.

Hendry beranggapan, musikalitas burung sekarang trend berubah cepat. Sebagai pemain classic, ia merasakan ada yang hilang, yaitu irama dan langgamnya. “Burung gede saya suka, tapi untuk mencetak yg cengkak cengkok dan stabil kayanya masih sulit,” ungkapnya. Hendry juga mengisyaratkan, tidak menutup kemungkinan ia akan membuat burung dengan suara besar yang seimbang. Tapi ini tidak gampang. Perlu proses membuat burung stabil dan benar-benar syarat penuh, mulai dari depan, tengah, ujung, irama dan mutu suara. Selanjutnya baru volume diupgrade. “Banyak yang kalah (gagal). Menurut saya karena langsung mau potong kompas buat gede. Logikanya tidak segampang rumus matematika. Intinya, harus sabar dan tekun. Nggak mungkin yang instant bagus, kalau pondasi nggak kuat,” urainya.
Pada kesempatan ini, Hendry juga ingin menggugah saudara-saudara kungmania Indonesia, bahwa mencetak burung jangan sampai meninggalkan jati diri. “Burung nyentuh hati juga, depan, tengah, ujung, irama dan mutu suara. Bukan volume dan suara saja,° pungkasnya.  AB-AMA/end

Tinggalkan Komentar