Yuswanto bersama mantan Sekretaris daerah Provinsi Jawa Timur saat acara Lingkungan Hidup di Pantai Jenuh – Tuban.

 

Merebaknya lokasi gantangan, atau tempat kontes burung berkicau/kekekan, jelas seiring dengan perkembangan komunitas kicau dan kekek mania. Semakin lama, jumlah gantangan yang disediakan untuk kicau & kekek mania makin bertambah. Bahkan dalam satu wilayah kecamatan saja, minimal ada satu lokasi, bahkan ada yang tiga lokasi gantangan dengan jadwal yang terkadang bersamaan. Itulah analisis faktual yang diutarakan penulis yang merupakan sekretaris jenderal Lembaga Ekologi Budaya (eLBud) Jawa Timur. Menurutnya, perkembangan itu sangat menggembirakan sekaligus memprihatinkan. Mengapa?

Yuswanto bersama mantan Sekretaris daerah Provinsi Jawa Timur saat acara Lingkungan Hidup di Pantai Jenuh – Tuban.

“Menggembirakan karena komunitas kicau mania mampu menggerakkan roda ekonomi secara proporsional. Apalagi, aktivitas kicau mania itu tergolong industri kreatif. Bahkan menengok sejarah saat pertama krisis moneter tahun 1998, kicau mania menjadi aktivitas paling berdaya dan tahan banting,” ujar salah satu jurnalis senior di hobi burung memberikan penilaian. Masih menurut Yuswanto, perkembangan kicau mania dinilai memprihatinkan, karena banyaknya penurunan kualitas. Terutama dalam hal tujuan beraktivitas di komunitas kicau mania. Apalagi dengan menjamurnya lokasi gantangan yang menyediakan fasilitas kontes kicauan.

“Dulu para kicau mania itu merupakan komunitas kuat dan sangat terhormat. Sebab, mereka sangat menjaga silaturrahmi antar kicau mania. Baik yang sifatnya lokal hingga nasional. Sekarang hal itu banyak pergeseran. Bayangkan, hanya kontes di tingkatan gantangan saja, terkadang mampu menyulut emosi kicau mania. Mereka lupa bahwa hobi burung berkicau adalah untuk mempersatukan keinginan sebagai kekuatan persaudaraan,” tandas Yuswanto yang juga mantan jurnalis Tabloid MANIA itu.

Suasana kontes burung berkicau di salah satu gantangan

 

Butuh Forum

Tahun 1998 hingga 2010 an, banyak event organizer kontes kicauan. Sebut saja Pelestari Burung Indonesia (PBI) yang ada mulai tingkat kabupaten hingga nasional. Khusus PBI yang seharusnya memiliki tanggungjawab terhadap upaya pelestarian burung, justru ikut-ikutan menjadi organizer lomba burung. Ketidak-konsistenan itulah yang akhirnya memicu lahirnya berbagai organizer “swasta” di lomba burung berkicau.

Ada yang disebut Liga Kicau Mania Indonesia (LKMI) pimpinan Endhik Gundul (Pandan Arum – Pacet). Liga Burung Indonesia (LBI) pimpinan H. Wahidin; Paguyuban Kicau Burung Mania (PKBM) yang berpusat di Mojokerto; PBSI pimpinan Yulok – Surabaya; PAGAR 2000 berpusat di Malang, dan masih banyak yang lain. “Lomba gelaran para organizer itu, memang butuh modal besar. Ketika untung juga besar, sebaliknya bila merugi pun juga besar. Kualitas Juri dan doorprise yang mereka sediakan, menjadi barometer keberhasilan dan kesuksesan lombanya. Lomba mereka pun rata-rata level Jawa Timur bahkan Nasional,” ungkap Yuswanto yang dikenal juga sebagai aktivis lingkungan hidup dan kemasyarakatan itu.

Lebih lanjut ditegaskan bapak tiga anak itu, untuk tetap bisa menjaga kualitas kicau mania dalam kontes, sudah waktunya ada forum juri. Selain untuk kepentingan peningkatan kompetensi penjurian, minimal mampu merespon keluhan para pemilik burung. Disisi lain, forum juri itu pasti dapat meningkatkan kualitas dan komitmen hobi burung. “Sudah waktunya setiap daerah membentuk forum juri gantangan. Sehingga mereka bisa menyamakan persepsi sekaligus indikator dalam menilai kualitas burung kicauan. Tujuan akhirnya, para juri bisa menciptakan pakem atau standar penilaian masing-masing jenis burung yang dikonteskan,” ujar Yuswanto yang juga founder agrobisburung.com.

Tim Juri adalah ujung tombak kewibawaan dan eksistensi suatu gelaran kontes kicauan.

Yuswanto meyakinkan para juri di kontes kicauan, kebersamaan mereka bila dapat membentuk forum komunikasi, mereka pasti bisa menjadi andalan dalam pemberdayaan potensi kicau mania. Juri menjadi salah satu unsur vital dalam gelaran lomba burung. Bila juri berkualitas, meskipun di level gantangan, tetapi setidaknya juri akan menjadi ujung tombak kepuasan kicau mania dalam merawat burung-burung kesayangannya. “Juri harus segera bentuk forum. Bila sudah terbentuk, maka komunitas perburungan akan makin kuat dan solid. Minimal standar atau “pakem” kicauan burung yang berkualitas akan dapat dirumuskan menjadi indikator standar. Sehingga burung yang menang di kontes, merupakan bukti hasil dari kinerja kicau mania yang kompeten di perawatan burung,” ucap Yuswanto menegaskan. (*)

 

 

Tinggalkan Komentar