WAT Blue Star Akhirnya ‘Berlabuh ke Pelukan’ Rosa Jakarta Kungmania Wanita Pemula, Ditransfer Rp 50 Juta & Siap Ramaikan Arena Konkurs Tanah Air

Bagi Rosa, seorang ibu rumah tangga asal Jakarta, dunia hobi burung bukan hal baru. Karena sejak kecil sudah terbiasa dengan aktifitas ayahnya yang juga gemar memelihara burung, termasuk perkutut. Bahkan, pada era 2000-an saat ia masih kuliah, Rosa menjadi “single fighter” wanita yang eksis di arena kicauan Tanah Air bersama sederet jagoannya yang merajai di kelas anis merah. Hobi kicauan dinikmatinya sampai awal pernikahan. Namun, berkat acara silaturahmi sesama pemain kicauan di Yogyakarta, justru menjadi awal keseriusannya main perkutut. Ya, saat menginap di Yogyakarta, ia mendengarkan indahnya suara burung perkutut dari rumah sebelah hotel. Setelah dari Yogya, kemudian ia dibantu suaminya mencari burung perkutut yang bagus di Indonesia. Cukup lama cari-cari info dan “browsing” di media sosial. Karena ia ingin membeli burung perkutut berkualitas. Sampai pada akhirnya suami merekomendasikan WAT BF Tasikmalaya

Tinggalkan Komentar

Rosa bersama keluarga (kiri) & Hendry WAT bersama keluarga.

TASIKMALAYA, agrobisburung.com – Bagi Rosa, seorang ibu rumah tangga asal Jakarta, dunia hobi burung bukan hal baru. Karena sejak kecil sudah terbiasa dengan aktifitas ayahnya yang juga gemar memelihara burung, termasuk perkutut. Bahkan, pada era 2000-an saat ia masih kuliah, Rosa menjadi “single fighter” wanita yang eksis di arena kicauan Tanah Air bersama sederet jagoannya yang merajai di kelas anis merah. Hobi kicauan dinikmatinya sampai awal pernikahan.

Rosa bersama keluarga (kiri) & Hendry WAT bersama keluarga.

Seiring dengan kesibukannya bekerja dan mengurus rumah tangga, aktifitas didunia hobi burung kicauan mulai dikuranginya. Paling sesekali hadir ke lapangan untuk silaturahmi dengan sesama kicaumania. Setelah lama vakum, kemudian ia diundang menghadiri event kicauan di Yogyakarta, bulan Juli 2025 lalu. Sekedar silaturahmi dan ada rencana untuk main kicauan lagi. Namun, berkat acara silaturahmi sesama pemain kicauan di Yogyakarta, justru menjadi awal keseriusannya main perkutut. Ya, saat menginap di Yogyakarta, ia mendengarkan indahnya suara burung perkutut dari rumah sebelah hotel. Pagi-pagi yang sepi, alunan suara burung perkutut begitu jelas dan enak didengar. “Ketika mendengarkan suara perkutut, rasanya adem. Sejak saat itu saya berniat untuk memelihara burung perkutut,” ungkapnya.

markas Wat Wayang BF Tasikmalaya

Setelah dari Yogya, kemudian ia dibantu suaminya mencari burung perkutut yang bagus di Indonesia. Cukup lama cari-cari info dan “browsing” di media sosial. Karena ia ingin membeli burung perkutut berkualitas. Sampai pada akhirnya suami merekomendasikan WAT BF Tasikmalaya sebagai peternak yang dianggapnya punya kapasitas dan kompetensi didunia perkutut Tanah Air. “Awalnya beli piyikan untuk dirumah dulu. Lanjut beli sangkar legendaris koleksi Pak Hendry WAT buatan Peng Ho. Setelah itu, saya juga mulai tanya-tanya dan cari burung siap lomba. Akhirnya saya direkomendasikan anakan Blue Star yang sudah bunyi di lapangan dan pernah juara di lomba,” lanjutnya.

Untuk memboyong burung muda WAT Blue Star, Rosa harus menebusnya dengan mahar Rp 50 juta setelah bernegosiasi. “Suami saya kasih ijin saya memboyong WAT Blue Star. Saya yang nego sampai dikasih sama Pak Hendry, urusan bayar suami saya yang transfer. Saya tugasnya cuma pantau burung. Kalau menurut saya bagus, suami ikut. Hehe…,” ujarnya.

Yang menarik, Rosa merasa tenang karena transaksi ini mendapat garansi dan pengawalan dari Hendry WAT. “Pak Hendry orangnya baik, mau merangkul saya sebagai pemula. Selain dibimbing dalam perawatan harian, menjelang lomba juga diarahkan agar burung bisa bunyi di lapangan. Jadi saya sebagai pembeli merasa diperhatikan dan tidak dilepas begitu saja setelah transaksi. Mirip seperti ketika saya main burung kicauan dulu, dibimbing oleh petinggi PBI dan para senior,” katanya.

Selanjutnya, Rosa bersama suaminya berencana akan mulai menyiapkan WAT Blue Star ke arena lomba. “Seperti nampak dalam foto bersama keluarga, mata dan telinga kami sedang melihat dan mendengar suara WAT Blue Star mendayu-dayu menenangkan jiwa. Terima kasih Pak Hendr, akhirnya kami punya burung perkutut yang irama khas Jawa-nya menurut kami tidak tergantikan, Semoga WAT Blue Star bisa nyaman di rumah kami, dan juga moncer di lapangan,” tuturnya.

 

Tinggalkan Komentar