Wujudkan Madura Jadi Sentra Perkutut Nasional, CTP Group Bersama Dewa Suara BF berhasil Mencetak Peternak Handal & Jawara lomba dari Kemitraan Breeding
BANGKALAN, agrobisburung.com – Program Nasional P3SI Pusat yang akan menjadikan Madura sebagai sentra perkutut di Indonesia memang mampu meningkatkan ketertarikan dan minat kungmania baru untuk menjadi bagian dalam perkembangan hobi perkutut khusus di Pulau Madura. Dengan 4 Kabupatennya Madura yang secara kuantitatif paling maju diantara sekian banyak kota kota di Indonesia, bahkan dalam 1 dekade ini perkembangan signifikan hobi perkutut baik dari jumlah dan minat banyak “melahirkan” kungmania atau peternak baru yang membuat hobi perkutut di Madura semarak. Sehingga sangat cocok ketika Ketua Umum P3SI Mayjen TNI (Purn) H Zainuri Hasyim memilih dan mencanangkan Pulau Madura akan dijadikan sebagai sentra nasional burung perkutut.
RA Mahmud CTP yang saat ini menjabat ketua bidang peternakan dan konservasi P3SI pusat dan juga ketua pengda Bangkalan sangat terpanggil untuk memberikan dukungan besar akan program tersebut. Apalagi saat ini RA Mahmud menjadi bagian penting secara nasional untuk bisa memberikan nilai yang bermanfaat akan hasil dan manfaat dari hobi perkutut terutama dari breeding dan konservasi, jual beli burung berkutut secara Komprehensif. Nah sejak itulah pemikiran dan mulai mengklasifikasi hobi perkutut dijadikan pokok yang penting dalam mendukung program tersebut, dimana tentu ada keterkaitan yang besar di dalamnya. Bahkan saat ini RA Mahmud juga sedang membangun sekretariat Sentra Perkutut Nasional di Bangkalan yang akan dijadikan pusat data base dan pusat informasi tentang peternak di seluruh Indonesia sebagai bagian dari program bidang peternakan dan konservasi P3SI Pusat.
“Kita akan fokuskan semuanya di sekretariat nantinya dan saya ingin kungmania bisa fokus dengan pilihannya sebab dalam hobi perkutut pertama yang harus dilihat adalah tujuannya, apa menekuni hobi perkutut itu dijadikan sekedar hobi atau menjadi bagian penting untuk menopang ekonomi keluarga, bisa disebut bisnis. Karena jika aplikasinya hanya karena asal beternak/atau hobi perkutut ujung ujungnya berkaitan dengan membeli indukan, akhirnya hasilnya ditentukan dengan kualitas indukan yang dibelinya,” ucap RA Mahmud.
Resiko dari adanya nilai ketidakpastian akan berpengaruh dengan hasilnya, jadi tidak bisa sesuai dengan daya beli yang dimaksud diatas dan hasilnyapun juga akan bisa membentuk pasar yang jenuh karena semakin banyak peternak yang menghasilkan burung dengan kualitas kurang sehingga tingkat suplai semakin banyak dan daya serap pasar kurang atau jenuh karena pasar lebih memperhatikan kualitas. Pasar yang jenuh akan berakibat para penghobi/kungmania dan peternak akan berkurang, hal ini jangan sampai terjadi karena akan mengurangi semaraknya hobi perkutut di tingkat nasional.
Dari kondisi inilah RA Mahmud mempunyai pemikiran untuk menyebar produk CTP untuk dijadikan “pilot project” sebagai modal indukan dan hasil breeding milik sendiri. RA Mahmud beserta CTP Group mulai menjalankan kemitraan breeding. Program ini sebenarnya muncul ketika H Imam Dewa Suara Pamekasan datang ke markas CTP dan ingin membantu peternak pemula yang benar benar nol tentang beternak perkutut. Dari sinilah akhirnya pola kemitraan ini mendapatkan hampir 30 lebih peternak pemula di Pamekasan yang bergabung, 12 diantaranya menjadi member kemitraan dengan jumlah kandang minimal 10 kandang dengan mendapatkan sepasang indukan dengan harga terjangkau.
Bahkan dari kemitraan breeding di Pamekasan ini salah satunya bisa mencetak burung jawara nasional bernama Molen bergelang Dewa Suara milik H Abdullah dari Pamekasan yang merupakan keberhasilan kemitraan breeding yang secara ekonomi bisa mencetak burung berkualitas. H Imam pemilik Dewa Suara tentu semakin bersemangat karena salah satu kandang sukses mencetak burung nasional dan tentunya akhirnya banyak kungmania diluar kemitraan menjadi tertarik untuk bergabung dan juga mendapatkan produk dari kemitrann tersebut. Burung berkualitas dengan harga terjangkau, bahkan antar keanggotaan mitra breeding ini harga benar benar sangat flexible bahkan bisa saling memberi, barter indukan. Bahkan saat ini indukan jawara Molen sudah digeser ke peternak lainnya dalam kemitraaan yang diharapkan bisa juga menaikkan popularitas peternak dalam kemitraan breeding yang disupport langsung CTP Group.
Tidak hanya di Pamekasan, ternyata kemitraan breeding dijalankan juga di Bangkalan dengan cara memberikan bonus indukan dan juga pembinaaan di beberapa pengcam di Bangkalan. Di Surabaya, Sumenep, Situbondo, Probolinggo dan beberapa daerah lainnya juga dijadikan bagian untuk mensukseskan program Madura sebagai Sentra Perkutut di Indonesia.
“Kita ingin memasyarakatkan hobi perkutut dengan cara beternak tanpa resiko dan menghasilkan produk yang berkualitas serta layak secara hobi. Dan juga menggabungkan filosofi membangun brand secara bersama sama juga penting terutama untuk kungmania/peternak pemula,” kata RA Mahmud menutup obrolannya. AB-END
Tinggalkan Komentar