H. Abdul Latief Trisula (kanan) & Pepen Golden Kung di Malang.

GARUT, Agrobisburung.Com – Liga Perkutut Jawa Barat (LPJB) 2022 putaran ketujuh bertajuk Swiss Van Java Cup, yang akan di lapang P3SI Pengda, Jl. Babakan Loa Garut, disambut antusias kungmania Tanah Air. Terbukti dari pesanan tiket yang tersedia seminggu sebelum digelar sudah hampir habis. Selain kelas bergengsi dewasa bebas dan piyik yunior yang menjadi perhatian dalam perebutan klasemen sementara, juga di kelas hanging.

H. Latief (kanan) bersama petinggi P3SI di Malang.
Rencananya, panitia dipastikan akan mengadopsi teknik baru penancapan bendera hanging yang telah sukses diterapkan Pengda Sumedang pada gelaran Keraton Sumedang Larang (29/5/22) lalu. Teknik baru ini juga akan diterapkan pada gelaran LPJB #7 Swiss Van Java Cup di lapang P3SI Pengda Garut, Jl. Babakan Loa Garut, Minggu (31/7/22) mendatang. Kepastian ini diungkapka. H. Abdul Latief Trisula, penanggungjawab gelaran. “Hal yang baik, apalagi untuk kemajuan dunia hobi perkutut, khususnya di Jawa Barat, harus kita apresiasi. Kalau memang baik untuk semua, kita ikuti,” ujar H. Latief.

H. Abdul Latief Trisula (kanan) & Pepen Golden Kung di Malang.
Apalagi, tambah H. Latief, penerapan teknik baru ini direspon positif kungmania Jabar, dan banyak yang menyarankan untuk diterapkan juga di Garut nanti. “Makanya saya pastikan, teknik baru ini akan kita adopsi untuk diterapkan di gelaran LPJB #7 Swiss Van Java Cup Garut. nanti,” ujar H. Latief.
Pada gelaran di Sumedang lalu, panitia yang diinisiasi Roy Fajri selaku Ketua Bidang Lomba & Penjurian P3SI Pengda Sumedang, menerapkan keknik baru pemasangan tempat penancap bendera di kelas hanging. Dengan model gantangan leter U ukuran 6x12x6 meter. Posisi juri di tengah-tengah, jaraknya sama ke setiap burung.
“Jadi adil tidak ada yang dirugikan.
Burung tidak terlalu terganggu oleh penancap, karena bendera ditancapkan di nomer bawah yang jaraknya jauh dari burung,” jelas Roy Fajri.
Roy mengakui, jika teknik yang sudah diterapkannya dinilai cukup efektif dan bisa meminimalisir gangguan. Namun begitu, memang masih perlu perbaikan. Kemarin itu pinggirnya masih terlalu dekat ke burung yang di samping. Tapi kalau cakupan sudut pandang juri sudah pas, semua burung terpantau jelas. Juri lihat nomer atas, sementara penancap fokus lihat nomer bawah. “Karena rata-rata keluhan peserta merasa terganggu dengan bolak- baliknya penancap bendera,” katanya.
Roy menambahkan, teknik baru ini masih sederhana, menggunakan alat seadanya. “Belun bikin yang permanen. Tapi minimal yang penting fungsinya dulu,” jelasnya. Roy bersyukur idenya ini mendapat respon positif dari semua kalangan kungmania. Cara penilaian di kelas hanging ini bisa diterima dan akan diterapkan juga di Garut. “Mudah-mudahan di daerah lain juga bisa diterapkan, dan memberikan kontribusi positif untuk sistem penilaian di kelas hanging,” ujarnya. AB-AMA/h

Tinggalkan Komentar