BK Bersama H Kamil Pamekasan

BANDUNG, Agrobisburung.com – BK yang mengawal burung-burung andalan Dede Primarasa Team Bandung, dua pekan berturut-turut sukses meraih prestasi didua event bergengsi. Pada gelaran konkurs Piala Bupati Sragen  (15/5), BK sukses mengantarkan Elsa Cardilac (Putra Madura) sebagai juara 1 dewasa senior. Kemudian, Lamborghini (YDTR) meraih juara 3 dewasa yunior. Sepekan kemudian, di event nasional LPI #2: Arya Wiraraja Cup Sumenep (21-22/5/22), berhasil menempatkan dua jagoannya, Elsa Cardilac, diposisi juara 12 dan Zorro (Fata) juara 13 dewasa senior.

BK Sukses mengusung jawara Elsa Cardilac
Keberhasilan BK ini memberi bukti jika ia tidak hanya piawai mencari burung-burung prospek juara. Tetapi juga mampu mengawalnya hingga eksis dijalur podium. Hal ini sebagai bentuk tanggungjawabnya terhadap sosok Dede Primarasa selaku nahkoda Primarasa Team yang digawanginya. Tak heran, bendera Primarasa Team pun terus berkibar di pentas perkutut nasional selama dua tahun terakhir ini dikawalnya.

BK Bersama H Kamil Pamekasan
Dibalik keberhasilannya di arena konkurs, sebagai pemain senior dan juga mantan juri nasional, BK dikenal cukup kritis dan vokal dalam menyuarakan sikap profesionalitas juri saat bertugas di lapangan. Salah satu yang menjadi perhatiaan BK saat ini diantaranya, soal pemberian bendera merah untuk burung yang layak naik 3 warna lebih.  “Misalnya, kalau burung tidak layak naik 3 warna lebih, cabut bendera merahnya biar jelas siapa yang nggak mengerti. Jangan dibiarkan bendera merah tertancap tanpa tindakan. Jadi seolah-olah burung kurang bunyi. Padahal burung rajin bunyi,” tandas BK.

BK
BK mengungkapkan ini sebagai bentuk kepeduliaannya, untuk kemajuan bersama. Jika juri bekerja profesional, dan lomba pun berkualitas. Lebih lanjut, BK juga memberi masukan untuk kemajuan dunia konkurs Tanah Air. Diantaranya penerapan teknologi perekaman audio dan video melalui kamera. Terutama untuk burung-burung yang layak mendapatkan bendera merah dan sudah jelas sebagai kandidat nominasi juara.  “Panitia menyiapkan kamera untuk merekam diposisi bendera 3 warna pengajuan merah. Memang membutuhkan perangkat dan SDM, tetapi bukan tidak mungkin kedepannya teknologi seperti ini bisa diterapkan. Sehingga bisa meminimalisir kesalahan dalam penentuan juara,. Hasilnya bisa lebih obyekti,” ujar BK.
BK melanjutkan, kejadian ini sudah pernah diakukan di zaman jadul agar peserta puas dan dapat mendengarkan hasil suara yang memungkinkan bisa naik atau tidak. “Bisa kita dengar ulang burung tersebut, dengan kata lain sama-sama jelas siapa yang benar. Untuk didengar hasil rekamannya di babak berapa,” jelasnya.

Tinggalkan Komentar