Ring Brett, Buah Ketekunan Sebagai Breeder Capres Usai Hijrah Dari Dunia Perbankan
AGROBISBURUNG.COM – GRESIK. Pria yang satu ini akrab dipanggil Brett dan selalu eksis dalam bendera komunitas Capres (Campuran Import) Gresik. Saat bersua di kediamannya, Perum Harmony tidak jauh dari Gantangan Simphony BC yang terletak di Dusun Srembi Kebomas, redaksi agrobisburug.com melihat hampirkeseluruhan bagian rumah dimanfaatkan untuk perawatan sekaligus breeding.
Namanya juga Campuran Import burung yang dirawat tidak jauh dari Blackthroat beserta silangannya serta jenis import lain, plus kenari. Apakah ini dilalui dalam waktu sebentar? Untuk bisa punya produk hingga dipasarkan menggunakan ring nama sendiri, tentu tidak. “Loh, awalnya saya pelihara Anis Kembang, Murai Batu sampai Cucak Ijo juga. Namanya hidup, akhirnya nyantolnya di kenari sama Camport, besok berubah kemana lagi, kita juga tidak tahu,” ujarnya.
Sebelum di Harmony, Ia tinggal di Perum Bukit Awan Randu Agung dan sudah breeding kenari. Baru Tahun 2014 bergabung dengan Papburi Klaten (Paguyuban Penggemar Burung Kenari) dengan nomer regristasi 497. “Pernah vakum produksi selama setahun. Meski, di satu sisi harga kenari naik turun, tapi tetap yakin dengan materi indukan,” kenangnya. Semua dilakoni, usai banting stir, alih profesi dari pekerjaan dunia perbankan yang pernah digelutinya. “Ya karena suatu hal akhirnya harus pindah pekerjaan hingga akhirnya keterusan sampai sekarang ini,” paparnya.
Nah, saat masih berkecimpung dengan kenari, Ia dan rekan duet Mas Al Hambra Canary pernah bersua dengan rekan penghobi seperti Cak Abbas, Koheng serta Sarto di kawasan Kampung Bor, mengeluh, waktu itu, harga anakan Sanger dijual seharga Rp 350 ribuan serta Paud Blackthroat cuma Rp 650 ribu. “Saya kaget, wong saya bisa jual anakan BT sembilan ratus lima puluh ribuan serta kenari lokal harga lima ratus ribu rupiah.
Sekedar tahu, tipikal saya, kayak kenari, tidak lihat status lokal tapi size, postur serta trah indukan. Itulah kenapa akhirnya tercetus memasukkan kelas campuran import dalam lomba, tidak dipungkiri, inspirasi tersebut datang dari rekan camport Surabaya dan Sidoarjo,” tandasnya.
Kisah di atas, tidak sepenuhnya gampang. “Karena, dulu mana ada yang mau Kenari Paud harga lima ratus ribuan. Baru setelah Mas Norman Jaelani memakai burung dari saya diberi nama Bemper Junior, sering mendominasi kelas kenari dalam lomba, orang baru bisa menerima,” tukasnya. Sekarang, belum setahun Capres menjadi barometer transaksi dan prestasi.
Bahkan, Kisanak Brett, dalam seumur hidup baru sekali, lempar postingan bahan Blackthroat di FB, belum setengah jam sudah sold out. Banderol paud Blackthroat Rp 1.2 jutaan, Sanger Rp 700 ribuan serta garansi jantan. “Garansi jantan seumur hidup, jika setelah dirawat, ternyata kok betina. Bisa ditukar tanpa nambah satu sen pun, selama masih terpasang Ring Brett. Soalnya, Paud BT atau Sanger, terkadang agak susah dibedakan jantan betinanya, tidak seperti Kenari, gampang,” pungkasnya. AB-IKO
Tinggalkan Komentar