H Engkus Kosasih, Ketua Divisi Juri OJI :”Kita Cari Kualitasnya Bukan Kelemahan Burung”

Pembina (kiri) sekaligus pendiri H Richo beserta mas Kiki BNS

 

SURABAYA. Semakin menjamurnya EO EO dan Gantangan lomba membuat Kicau Mania dan Kekek Mania harus benar benar selektif saat mengantang jagoannya. Bagaimana system organisasi, pejuriannya hingga servis saat lomba dan purna lomba harus benar benar dipahami. Dan salah satu leader juri yang saat ini menjabat sebagai ketua divisi Juri OJI (Oriq Jaya Indonesia) memberikan poin akan semua kinerja, elemen dalam managemen lomba burung, menurutnya soal aturan harus dipegang teguh. Kita cari kualitas burung bukan kelemahannya. Juri minimal paham burung kurang baik, bagus sampai istimewa. Kalau di murai batu, irama lagu bagus, bervariasi, di tengah dan akhir. Punya tonjolan, sebentar sebentar keluar senjatanya. Anis merah bukan irama lagi, gaya dulu di awal, doyong spasinya lebar bontang banting ekstrem begitu jatuh ke bawah didiskualifikasi.

H Engkus Kosasih

Secara umum, faktor penting yang menjadi dasar penilaian pada lomba burung berkicau, meliputi volume suara. Volume yang dimaksud keras dan dominan, baik saat burung melantunkan variasi lagu (isian) maupun saat mengeluarkan senjata berupa tembakan keras dan rapat. Standarnya volume burung sudah dalam kondisi mapan (siap dilombakan).

Pembina (kiri) sekaligus pendiri H Richo beserta mas Kiki BNS

Selanjutnya, irama dan lagu harus membentuk keserasian bunyi yang harmonis. Burung harus rajin bunyi (kerja) melantunkan irama lagu yang memukau. Terlalu lama dan sering ngetem (kurang rajin berkicau) menjadi salah satu aspek penilaian  di poin ini.

PENGURUS OJI, Anton, Ketum Suryono dan H Richo

Ketiga, fisik dan gaya, harus dalam kondisi utuh, tidak cacat, kaki patah, sayap turun/sengklek, bulu rapi, mata tidak buta misalnya. Kalaupun sampai ditemukan kasus demikian nilai dikurangi sehingga tidak dapat menempati posisi juara 3 besar bahkan tidak dinilai sama sekali.

Poin ke empat, durasi kerja yakni akumulasi bunyi burung dari awal hingga terakhir. Burung layak nominasi juara, durasi kerja minimal 80% dari total waktu penilaian. Setidaknya, 4 poin dasar penilaian lomba tersebut tertulis dalam materi diklat juri Oriq Jaya Indonesia, Sabtu (10/11).

Sedangkan Pembina sekaligus Pendiri OJI Haji Richo menambahkan juri modalnya jujur, adil dan fairplay, gampang ngomong susah dilakukannya “Saya tekankan pada calon juri harus konsisten lurus, mau burung bos apa joki, kalau bagus ya bagus. Bertindak jujur itu tantangan yang tidak mudah. tapi namanya manusia harus saling mengingatkan. Kicau mania tambah lama juga tambah pinter, jadi kita harus fokus pada pakem Oriq,” pungkas H Richo.

 

Tinggalkan Komentar